Review Film Umma 2022, Trauma Tiga Generasi

Film genre horror sebenernya agak kurang sreg ya karena musiknya yang selalu bikin dag dig dug der, ehehe … namun karena menemani Mamak yang langganan banget nonton di Rajawali Cinema Purwokerto mau tidak mau harus mengikutilah hihi namanya juga  ibu segala hal yang terkait harus digugu. Pas banget yang ditonton filmnya  Umma (bahasa Korea yang tak lain artinya ibu), Film horor Asia yang membawa unsur Korea dan disutradarai oleh Irrish K. Shim. Dibintangi oleh Sandra Oh (penerima penghargaan Golden Globe), Fivel Stewart, Tom Yi dan Odeya Rush.

Film yang berkisah tentang Amanda (Sandra Oh) yang mengalami trauma masa kecil di Korea dengan Sang Ibu, tidak diceritakan secara detail sih masa lalunya tersebut intinya Sang Ibu tak ingin mengikuti ayahnya pindah ke Amerika sehingga hanya berdua saja dengan Amanda otomatis segala pelampiasan emosi  ditujukan padanya. Entah bagaimana ceritanya,dan siapa suaminya yang jelas si Amanda pergi dari ibunya dan tinggal disebuah pedalaman untuk beternak lebah dengan anak semata wayangnya Chrissy (Fivel Stewart). Peternakannya luas dan menarik hanya dihuni oleh mereka berdua saja dengan tentram dan damai, hanya dari awal jika malam memang sangat gelap karena tidak boleh menyalakan listrik.

Kemudian masalah berawal saat Paman Chrissy yaitu Tom Yi datang dari Korea untuk membawa peti yang berisi barang kesayangan ibunya, lucunya mereka papasan dijalan namun tidak saling mengenal karena terkendala penggunaan bahasa. Namun akhirnya sampai juga di rumah Amanda dengan segala ketegangannya, masalahnya tidak boleh ada mobil masuk hingga halaman termasuk penggunaan handphone dsb. Kagetlah mereka saat akhirnya saling mengenal hingga berceritalah maksud dan tujuan Tom Yi kerumah tersebut yang malah menyudutkan Amanda karena konon kematian Sang Ibu karena ulahnya.  Hingga merekapun saling berdebat dan Tom Yi akhirnya pergi pulang, saat itulah dramapun dimulai.

Chrissy sempat menanyakan kehadiran tamu namun sang ibu tak ingin mengatakan apa-apa alias menyembunyikannya dan sipetipun dibawa turun dalam ruang bawah tanah. Kejanggalanpun dimulai karena arwah sang Ibu terus mengantui halusisnasi membuat Amanda stress dan meningkat traumatisnya hingga memmbuat Chrisy kepo dengan isi peti tersebut, hingga suatu malam Chrisypun berjalan menuju ruang tersebut lalu membukanya kejadianpun muncul hingga Amanda berteriak saat melihat Chrissy menggunakan gaun warisan dan menjelma menjadi sinenek. Darisanalah Amanda menceritakan hal yang sebenarnya.

Sepanjang perjalanan filmnya yang ditonjolkan sisi gelap, suasana malam yang mencekam dengan kehaluan Amanda padahal view pagi sangat indah dan menyejukkan namun tidak mendominasi karena memang dirangkai seram mungkin ya, hehe namun bagi pecinta horror konon biasa saja. Berbeda dengan saya yang cukup berdetak melihat akting Sandra Oh yang super duper totalitas dengan musically yang menegangkan. Puncaknya terjadi saat ibu dan anak ini saling menampar, yaps karena sang anak mengatakan bahwa ibunya gila dan tidak pantas meneruskan ketidakwarasan ini pada anaknya atau siapapun terlebih Chrissy ingin kuliah seperti pada umumnya para gadis yang mulai dewasa. Yakan diera digitalisasi mereka sangat  kaku karena tidak menonton apapun, tidak menyalakan apapun karena trauma listrik, tidak menggunakan email dan handphone intinya menutup akses, sulit untuk saling berkabar.

Kesimpulannya : separah apapun masa lalu, tidak layak untuk diwariskan pada keturunan walaupun yang namanya darah dan karakter itu takkan bisa terlepas namun akankah lebih baik jika sisi baiknya saja yang diwariskan hingga tak merusak mental diri dan traumatis generasi berikutnya. Kita juga tak boleh menutup mata dengan dunia luar karena hidup tak selamanya mandiri walaupun semua bisa dilakukan sendiri tetap saja ada keterikatan sosial yang perlu dilakukan karena pada dasarnya manusia adalah mahluk sosialoverall filmnya bagus namun saya pribadi memberikan rattingnya 7 dari 10, karena endingnya kurang maksimal tidak bertahap menonjolkan sisi kejiwaaan saat bangkit sehingga kurang ‘greget’

Nah bagaimana menurut kalian?! ada yang sudah nonton?!

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *