212 : Reuni Yang Bikin Takjub!
Karena rasa yang tak biasa ini tak mampu dikoyakkan oleh apapun. Begitulah ungkapan penulis pribadi sebagai pemantau aksi 212 yang begitu luar biasa. Walau bukan alumni, hanya sebagai Emak daerah yang begitu gegap gempita menyaksikan silaturahmi akbar mulai dari daerah hingga tiba diacara. Sampai bingung mau menuliskan apa karena semua sudah sangat tertib tak ada sampah berserakan, tak ada huru hara, tak ada kericuhan, semua damai, aman, tentram dan terkendali.
Semua berlomba mencari ridho Nya, dengan niat tulus dari hati (kecuali penyusup ya) modal sendiri pula, jadi rasanya mustahal jika diisukan bayaran 100K sampai 2 Juta. Owh no! Please smart think...balik modal juga enggak, ngapain ikutan? kalau memang ada oknumnya ya monggo dibuktikan saja. Tak perlu bicara ditunggangi politik sehingga menimbulkan gejolak. Jikapun ada salah satu pihak yang merasa dirugikan, laporkan sertai bukti, beres!
Peserta jelas otomatis, memilih sesuai kehendaknya. Tanpa dikomandopun ya tergantung niat awalnya, justru dari awal penuh pengekangan bahkan dicekal sekalipun namun karena niat tulus ikhlas untuk bersatu, reuni, ajang silaturahim yang indah ya apapun rintangannya takkan jadi penghalang. Buktinya semua pemirsa merasa tergetar, sampah sekecil apapun tak terlewatkan dipungut, rumput tetap hijau menjulang. Walau hanya disiarkan oleh TV One saja. Luar biasa getarannya!! Viral diberbagai media sosial.
Closing dihiasi dengan salam yang indah, saling menguatkan antara masa , TNI, Polri. Tempat yang ditinggalkanpun sangat bersih, tak ada sampah tercecer. Semua berbagi indah disini, semua gratis, seolah ingin saling berbagi kebaikan, keberkahan, mashaa Allah. Siapa penggerak sesungguhnya jika bukan karena Nya? Semoga semua perjuangan, pengorbanan dan amalan ini menjadi jariyah pencatat amal kebaikan kelak. Belum bisa move on, liat beranda, group wa semua indah menghiasi ingatan kejadian kemarin 2 Desember 2018. Saling berbagi, menjaga dan mengasihi. Inilah Islam yang sesungguhnya sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam.
Allahu Akbar!
**Speechless
#Foto : Erlangga Muhammad
********************************************
Edited…. 2 hari setelahnya (4 Desember 2018) Indonesia Lawyers Club (TV One) pun menayangkan siaran langsung bertema : “Pasca Reuni 212: Menakar Elektabilitas Capres 2019” ikut degdegan saat menyaksikannya. Hasilnya, penulis setuju dengan kalimat keren berikut dari para pengamat berikut (copas dari group)
*Fadli Zon:*
1. Reuni 212 kemarin adalah aksi pengumpulan massa terbesar di Indonesia. Bahkan mungkin terbesar di planet bumi.
2. Reuni 212 adalah prestasi. Karena pertemuan sebegitu besar, tapi tidak ada satupun insiden. Ini adalah pertemuan yang sangat beradab.
3. Ada pesan dari Reuni 212, bahwa umat Islam di Indonesia sudah sangat dewasa. Bahwa umat Islam Indonesia sudah sangat matang pikirannya tentang republik ini.
4. Yang masih mencap gerakan umat Islam di 212 sebegai radikal, itu sebenarnya tidak mengerti sejarah. Tidak mengerti bagaimana perjuangan umat Islam. Tidak mungkin umat Islam menghancurkan NKRI.
5. Spirit 212 adalah semangat untuk mencari kebenaran dan keadilan.
6. Awalnya 212 adalah gelombang ummat untuk menunjukkan bahwa ada ketidakadilan di negeri ini. Reuni 1 dan 2 menunjukkan bahwa ketidakadilan dalam seluruh bidang itu masih ada dan justru makin besar.
7. Banyak survey yang ternyata gagal memetakan suara rakyat. Karena surveyornya sekaligus menjadi konsultan. Hasil survey hanya dipakai sebagai alat kampanye.
*Rocky Gerung:*
1. Kalau pers Indonesia sampai tidak memberitakan peristiwa 212 kemarin, maka pers nasional telah memalsukan sejarah.
2. Reuni 212 adalah reuni akal sehat.
3. Di Reuni 212 ada kepemimpinan intelektual. Bahwa ide bisa menghasilkan perubahan.
4. Orang ribut tentang jumlah. Itu sudah tidak penting. Gerakan 212 telah berubah dari kuantitas menjadi kualitas.
5. Ngapain kita resah dengan sesuatu yang politis. Semua kejadian sekarang ini politis. Termasuk Jokowi bagi-bagi sertifikat itu politis. Tiap hari petahana curi start itu politis.
6. Saya tidak netral, karena saya tidak mengkritik Prabowo. Saudara sendiri bilang Prabowo tidak punya prestasi. Ngapain saya kritik orang yang tidak punya prestasi.
7. Yang saya kritik adalah orang yang mengklaim prestasi orang. Pak Jokowi banyak mengklaim prestasi orang. Makanya dia saya kritik.
8. Saya kira saya memang sering menyesatkan. Tapi saya menyesatkan orang di jalan yang benar.
9. Reuni 212 menimbulkan semacam kegugupan. Orang gugup karena membayangkan potensinya kemana. Efeknya pada elektabilitas apa. Kalau tidak gugup, ngapain anda hitung-hitung.
*Effendi Gazali:*
1. Orang yang marah dengan tersenyum, seperti semua peserta 212 kemarin, adalah orang yang mampu menguasai dirinya dengan baik. Marah, tapi senyum, damai, indah dan mempersatukan.
2. Saya 20 tahun belajar jurnalistik dan mengajar jurnalistik. Tolong semua yang hadir, mahasiswa, profesor, pengamat dan sebagainya, jawab pertanyaan; kalau ada peristiwa semacam ini dan ini mungkin peristiwa terbesar di dunia, adakah peristiwa semacam ini lalu anda boleh block sama sekali, menutup hak informasi publik, dan anda buat seakan-akan itu tidak terjadi.
3. Dari pertanyaan saya kepada peserta, Reuni 212 kali ini berbeda. Kalau 2016 ada pintu masuk besar berupa penistaan agama. Tapi di 2018, tidak ada jawaban pasti dari peserta. Bukan juga capres. Bukan juga hal lainnya. Hanya menjawab; islam itu damai, islam itu indah dan sebagainya.
4. Saya menemukan kata “ketidakadilan” dari jawaban banyak peserta. Reuni 212 tercipta karena ketidakadilan.
5. Saya belum sampai menyimpulkan bahwa ini adalah people power. Atau civil disobedience. Tapi bahwa mereka semua sedang marah dengan kondisi senyum, saya berani mempertanggungjawabkan.
*Dedy Miing Gumelar:*
1. Saya akan menceritakan fakta empirik yang sampai sekarang saya tidak mengerti. Saya menyaksikan peristiwa peradaban manusia dalam 212. Mereka beradab dan bermartabat.
2. Suka tidak suka pada laskar (FPI) yang pakaiannya putih-putih itu, saya menyaksikan bagaimana mulianya akhlak mereka.
3. Saya hanya ingin menjelaskan kenapa mereka datang. Ini di luar nalar dan kemampuan berpikir saya; mengapa mereka datang. Mereka datang dengan tongkat. Mereka datang dengan kursi roda. Dari mana-mana mereka datang.
4. Peristiwa tersebut adalah merupakan katarsis atau ventilasi dari kepengapan. Dari ketidakadilan. Mereka sesungguhnya hanya mengatakan satu: susana batin yang sama sebagai umat Islam di Indonesia.
5. Ada yang tidak suka dan bilang aksi ini dibayar segala macam. Barusan Ketua Panitia sampaikan; “kalau ada yang bilang kita dibayar, bayar panggung saja 200 juta sampai hari ini belum terbayar”.
6. Kita jalan dengan orang tionghoa di lapangan saat Reuni 212 toh tidak terjadi apa-apa. Jadi umat Islam ini umat yang damai. Kalau ada yang bilang ini politik identitas, saya kira wajar setiap orang dengan identitasnya masing-masing menyampaikan pendapatnya.
*KH. Abdullah Gymnastiar:*
1. Walaupun kita berbeda, semoga hati nurani kita tetap sama untuk negeri ini.
2. Kepada panitia Reuni 212, saya ucapkan terima kasih sudah berusaha keras berbuat untuk negeri ini.
3. Terima kasih kepada semua yang hadir di 212. Karena menjadi bahan pencerahan bagi yang mau tercerahkan, bahan renungan bagi yang mau merenung, bahan evaluasi bagi yang mau evaluasi.
4. Peristiwa 212 adalah aset bangsa. Ini adalah karunia Allah bagi siapapun yang ingin mendapatkan hikmah bagi kejadian ini.
5. Bagi umat Islam, ada satu kepedihan kalau mendengar kata radikal. Seakan itu terhujam kepada diri kami. Radikal, intoleran, anti Pancasila, teroris, kata-kata itu, jadi pertanyaan; kenapa, padahal kami begitu mencintai negeri ini.
6. Saya rela mati demi menjaga negeri ini tetap dalam keberkahan di jalan Allah. Demi Allah, saya tidak rela bangsa ini hancur.
7. Karena perasaan disudutkan itulah umat datang dan berbicara dengan perilaku. Umat bukan perusak negeri ini, maka rumput pun tidak ada yang dirusak. Kami bukan orang yang bengis dan kasar, maka senyumanpun dirasakan. Kami bukan orang-orang yang keji, maka kasih sayang pun bertebaran.
8. Saudara-saudara kita yang tidak beragama Islam yang hadir, bisa merasakan semua. Karena memang kita ingin menceritakan indahnya Islam. Ya
9. Siapaun nanti yang ditakdirkan jadi Presiden, saya berharap 212 ini kita rawat. Menjadi momentum kebersamaan kita.
10. Insya Allah modal kita itu hati. Kalau sebagai sesama bangsa sudah curiga, buruk sangka mau seperti apa kita.
11. Saya sedih hadirin, kita tidak mau negeri ini rusak seperti negeri yang lain. Ayo para ulama, contoh bagaimana nabi berbicara. Ada kelembutan dan kasih sayang. Ada ketegasan, namun tetap dijaga semua.
12. Anggaplah Pilpres ini fastabiqul khairat. Ini adalah ajang berlomba-lomba berniat baik dan berbuat baik. Pemenang Pilpres ini adalah yang paling lurus niatnya dan paling baik perjuangannya. Mau jadi presiden atau tidak, itu takdir Allah.
13. Saya berkeyakinan, siapa yang jadi presiden, itu takdir Allah. Maua diakali bagaimanapun caranya, kalau Allah sudah menakdirkan jadi, pasti jadi. Maka kita buat cara yang jujur dan lurus.
14. Kita harus tenang, jernih, pakai hati. Sana saudara, sini saudara. Ini rumah kita semua. Kita wariskan akhlak terbaik bagi generasi sesudah kita.
Terimakasih
Related Posts

Seperti Apa Pelatihan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) Di Purwokerto Selatan?

Mudik Gratis Bareng Indomaret Total 10.000 Kursi
