Film Generasi Micin, Kocak Endingnya Ga Ketebak!
Sebeneranya bukan keinginan saya nonton film ini, melainkan dikarenakan menemani sigenerasi milenial yang meminta saya menemaninya. Baiklah sayapun mengikutinya biar tau jugakan ceritanya seperti apa. Ternyata ceritanya lucuk, nyeritain waktu lahir Kevin Anggoro lahir dalam generasi Z adeknya juga ga sengaja dilahirin katanya wkwkkw biar dapet bonus saat lahirin gituh (tantangan dokternya). Emaknya si Melissa Karim pelit banget, dan suaminya Ferry Salim alias Bapak si Kevin, asal ngomong apa aja yang diomongin bininya. Kocak dah! Ga salah dari awal ampe ending masih nagih mulusi Emak Kevin minta dibikin ruko di Taman Indah Kapuk. 😀
Setelah libur panjang si Kevin merasa boring untuk berangkat sekolah, si Emak teriak-teriak dong ” sekolah mahal main doang” gitu katanya. Kevin berteman dengan Chelsea (teman sekaligus tetangga), yang bercita-cita jadi dubes (makanya jago bahasa Inggris). Adalagi Bonbon si pelupa dan temannya Johana sipengingat dengan logat bataknya yang khas, satu lagi Dimas yang tak lain adalah Joshua Suherman sebagai Kpopersnya. Mereka bersekolah di SMU HARAPAN BUANA JAKARTA.
Rencananya sekolah mereka akan jadi tuan rumah acara tahunan Super Student Cup dan Kevin dengar sendiri kepseknya mau korupsi, langsung deh bikin rencana gimana caranya biar ga jadi tuan rumah. Jebakan betmenpun dibuatlah, saat Bu Dibyo ( sponsor ) berkunjung kesekolahan, namun sayang diluar dugaan jebakan yang dibuat pada akhirnya mencelakai guru yang juga bertingkah kocak dan tentunya peristiwa ini memalukan. Ujung-ujungnya pada diskors, dan sekolahpun tak dipercaya jadi tuan rumah.
Waktu diskors digunakan si Kevin untuk meneruskan kembali cita-cita menulisnya (selain main games) karena mau main ke Chelsea masih ngambek gegara peristiwa memalukan kemarin. Akhirnya mereka ngumpul ditempat lain dan kembali merencanakan sesuatu yaitu bagaimana me re branding sekolah agar kembali layak dan berpretasi dimata umum. Merekapun berencana dengan tekhnologi yang dimilikinya dan tentu sikap optimis dari sipemeran utama melalui tulisan diblognya.
Singkat cerita masing-masing passion yang dimiliki diperdalam dengan berlatih hingga pada akhirnya sekolah mereka menjadi juara pertarungan seperti debat bahasa Inggris, Go Cart, World Climbing dan Break Dance dll hinga akhirnya jadi juara umum, yeay…!!hehe. Faktanya generasi millennial ini memang luar biasa, serba instan hidupnya namun bukan berarti tak berdaya. Mereka tetap berpotensi dan tak selalu yang instan itu tak baik (negative). Endingnya ga bisa ditebak karena diluar asumsi penulis pribadi saja, tak ada tawuran, tak ada persaingan tak sehat difilm ini apalagi kisah cinta yang dramatis. Film ini tentang sebuah persahabatan di era millennial yang terasa berartinya kehilangan seorang sahabat saat mereka sudah tak terlihat lagi didepan mata.
Overall layak untuk ditonton.
13+