Anak Bukan Kertas Kosong : Jawaban Sebenarnya Cara Mendidik Anak
Haduh baru sempet review nii buku bagusnya Pak Bukik Setiawan…padahal dah lumayan lama ditangan dan dipegang. Gantian ama suami soalnya biar dirinya dulu yang baca, hahaha! Lah namanya parenting kalau ga kerjasama ya kaya single parents dong, emang anak siapa? anak bersamakan hasil kerjasama yang baik dan pada akhirnya dipercaya Allah Swt untuk merawatnya.Buku setebal 249 halaman yang diterbitkan oleh pandamedia ini memang tak bisa hanya dilihat sepintas lalu. Akan tetapi harus benar-benar dibaca agar tak salah makna. Itulah mengapa saya agak lama menuliskannya karena bacanya juga kalau pas menyusui baby jihihi, memanfaatkan waktu judulnya. Diluar itu alamak rempongnya entah urusan domestik, lingkungan maupun ngurus kontes dan ngeblog.  😛
Senengnya pake banget bisa baca buku panduan pengembangan bakat anak ini  ya karena sebagai orangtua yang memiliki banyak anak, saya seolah diingatkan. Bisa jadi cara berfikir lama yang masih sedikit banyak membayangi saya, jujur masih agak sulit melepaskan total kehendak anak. Apalagi kalau mau test UAS  misalnya tetap saja saya agak keras mendidiknya agar sianak mau belajar (minimal baca/tulis 15 menit gitu deh). Namun ujung-ujungnya sianak tetap lebih milih permainan kesukaannya lagi ketimbang belajar dengan fokus. Nah permasalahan seperti saya tersebut dalam buku ini dibahas juga bagaimana menstimulus si anak agar gemar dan tekun belajar (terutama anak diatas 6 th). Bener-bener perlu praktek nih. 🙂
Buku yang cover nya menarik dan nyentrik (matching dengan tema) ini juga membahas delapan kecerdasan majemuk (kecerdasan imaji, diri, relasi, musik, alam, tubuh, logika dan aksara) disertai langkah dasar mengenali kecerdasan dan panduannya (tentu harus disesuaikan dengan usianya). Nyatanya setelah membaca lembar demi lembar buku yang ditandai warna merah untuk setiap titik pointnya ini, saya juga menyadari bahwa anak bukan lagi kertas kosong seperti pepatah lama yang memang dipaksakan masuk dalam dunia pendidikan (terutama jaman saya dulu). Jaman sekarang sudah banyak sekolah-sekolah yang ramah anak dan tanpa paksaan sianak harus melalukan ini dan itu. Sayang pendidikan yang ramah anak tersebut ujung-ujungnya harus diganjar dengan budget yang mahal, kalau mau yang gratis ya alakadarnya. Solusinya ya kita sebagai orang tualah yang harus memulai  menjembataninya dengan tidak memutlakan hasil akhirnya, berapapun hasilnya ya memang sejauh itulah kemampuannya. 😀
Kalau bukan kertas kosong lalu apa dong? ya mereka tentu mahluk hidup paling sempurna  yang diciptakan Tuhan dengan tujuannya, jadi mereka dengan sendirinya sudah istimewa tanpa harus kita istimewakan sekalipun. Namun sebagai orang tua yang diberikan amanah masa sih mau mengabaikan? bukankah masa depan anak terletak pada kepedulian orang tua.  Bagaimana agar tidak terabaikan, mari kita menumbuhkan potensinya bukan mengisinya. Kalau menurut penulis bukunya, anak itu adalah benih kehidupan yang utuh.
Latihan yuks…! karena sejatinya walaupun sudah tua (dibanding anak-anak) orang tua pun wajib belajar karena belajar tak mengenal waktu, usia dan tempat. Orang tua istimewa dan anak-anakpun sangat istimewa dengan keistimewaan tersebutlah  mari Kita semangat berlatih seperti berlatih membangun kesadaran diri, membangun kepedulian, apresiasi, menjaga nyala harapan sebagai energi untuk tetap tekun melakukan pengembangan bakat anak. Kalau bukan orang tuanya siapa lagi? Overall recommend banget bukunya buat siapapun yang peduli terhadap tumbuh kembang anak  di zaman kreatif seperti sekarang ini. Thengkiuw Pak Bukik sharing ilmunya….pemaparannya lugas, sederhana dan mudah dipahami. Insya Allah selalu memotivasi saya untuk berbuat lebih woles lagi, maklum saya juga masih jauh dari kesempurnaan apalagi karakter anak-anak masing-masing berbeda namun dengan begitu membuat saya makin bersemangat untuk menyelam lebih dalam. 😀
Ayo dibeli bukunya harga Rp.68.000,- belum termasuk diskon toko.