Menerapkan Kebiasaan Baik : Cermin Keluarga Sehat

“Bunda aku mau serabinya yaaa…” Si bontot aisha (3th) selepas mandi pagi langsung memilih cemilan favorit (kue basah) yang kadang dibelinya bersama sang ayah sepulang mengantar si sulung kesekolah  (tak jarang saya buat sendiri juga cemilannya). “Boleh sayang…habis itu pakai sepatunya ya kita ikut sekolah” diapun mengangguk sambil tersenyum tanda setuju. Sayapun berkemas menyiapkan bekal dan sarapan untuk disekolah mereka nanti. Ya karena sibontot ikut-ikutan  sekolah bareng kakak Aqeela (5th) di TK yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah.

aisPagi hari memang waktu tersibuk bagi saya sebagai ibu rumah tangga dengan 3 putri  yang biasa saya sebut 3A : Alyssa (8th)Aqeela (5th) & Aisha (3th). Sibuk menyiapkan sarapan pagi, bekal dan baju-baju seragam yang akan dikenakan, belum lagi menjemur pakaian yang dicuci oleh mesin sebelum saya tinggalkan untuk ikut sekolah di TK. Beruntung si Ayah bukan orang kantoran yang terikat waktu (masuk pagi) sehingga tak jarang dia terlibat untuk memandikan sikecil dan mengantar sisulung kesekolah. Sehingga ketika tepat jam 8 saya tinggal (ke TK),  rumah sudah dalam keadaan beres.

Bagi saya hal tersebut merupakan kebiasaan baik, dan semakin sering melakukan kebiasaan-kebiasaan  baik maka terciptalah cerminan keluarga sehat, keluarga sehat tentunya keluarga bahagia. Karena kebahagiaan lahir dari jiwa dan tubuh yang sehat, dan sehat itu mahal harganya bahkan tak terungkap dengan kata-kata nikmatnya. Lalu bagaimana cara saya menerapkan kebiasaan baik terhadap keluarga (terutama anak-anak) :

1. Senantiasa berfikir positif
Pikiran mampu mengendalikan emosi, sehingga jika pola fikir kita dibiasakan baik Insya Allah aura wajahpun cerah,  jantung lebih terkontrol (karena terhindar dari emosi) dan hubungan keluarga menjadi lebih harmonis. Terlepas ada masalah keluarga, anggap saja kerikil kecil yang terinjak yang walaupun sakit namun hanya sesaat saja.

2. Selalu support (terutama dalam kebaikan)
Ada kalanya pasangan/ anak-anak kita bertentangan dengan apa yang kita harapkan, biarkan saja berbeda karena perbedaan itu indah bahkan sebisa mungkin berikan saja support kita untuk menunjukkan kepedulian dan penghargaan kita atas pilihannya yang terpenting tidak ada pihak yang dirugikan dan si anak tidak menjadi terpaksa atas pilihannya tersebut.

3. Beri kepercayaan
Tanpa kepercayaan tentunya perasaan kita sering dihantui rasa was-was memikirkan hal yang bukan-bukan. Namun sebaliknya jika kita percaya penuh terhadap pasangan hidup kita termasuk anak-anak, sebaliknya merekapun akan belajar bertanggung jawab atas apa yang telah dipercayakannya. Selain belajar bertanggung jawab tentunya timbul rasa terbuka dan jujur didalamnya sehingga tak perlu ada yang ditutupi baik dan buruk keadaannya sekalipun.

Dari 3 hal diatas, contoh konkrit  kebiasaan baik (tradisi sehat) yang saya lakukan (bertahap) terhadap keluarga beberapa diantaranya adalah:

1. Bangun (pagi) lebih awal untuk bergerak
Beberapa penelitian menunjukan bahwa udara pagi sangat baik untuk kesehatan terlebih jika kita banyak bergerak (melakukan aktifitas : olahraga misalnya). Saya dan suami membiasakan membawa serta anak-anak saya untuk beribadah sholat shubuh ke masjid, lalu dilanjutkan dengan olahraga ringan, belajar sebentar lalu mandi, sarapan dan berangkat sekolah. Namun jika hari libur biasanya waktu untuk bermain sekaligus berolahraga lebih banyak. Awalnya memang tidak mudah karena harus dibangunkan dan ada yang sulit sekali bangunnya namun karena sudah terbiasa lama-lama menjadi biasa karena kebetulan rumah dekat dengan masjid sehingga jam beker pagi kita cukup dengan suara muadzin saja.

Gerak pagi 3A berlari tanpa batas.
Gerak pagi 3A :  begerak tanpa batas….

2. Membiasakan sarapan pagi
Sebisa mungkin sarapan pagi yang sehat agar metabolisme tubuh dapat bekerja optimal untuk melakukan aktifitas selanjutnya. Namun sarapan yang baik adalah sarapan yang cukup yaitu tak terlalu banyak karbohidrat dan lemak didalamnya sehingga membuat peredaran darah tidak lancar lalu timbulah rasa kantuk.  Untuk menunjang menu yang sehat (walau sederhana sekalipun)  sebisa mungkin saya buat sendiri dirumah karena kwalitas bahan nya jelas terpantau. Berbeda ketika  beli, walau harga terjangkau, variasi lebih banyak, namun saya tak dapat memastikan kwalitas bahan produknya baik atau tidak belum lagi cara pengolahannya yang terkadang tak saya ketahui. Namun bukan berarti saya tidak pernah jajan diluar sama sekali loh, hehehe…cukup sekali-kali saja itupun tetap memilih tempat dan menu yang tepat.

sarapan nasi lengko salah satu menu sehat nan sederhana andalan saya.
                                         Sarapan sederhana nan kaya protein dipagi hari.

3. Membiasakan membawa bekal (mengurangi jajan diluar)
Membawa bekal dari rumah banyak sekali manfaatnya selain mengurangi sampah plastik/ sterofoam juga menghindari cemilan (baik makanan/minuman) yang mengandung pewarna, pengawet dan pemanis buatan yang tak baik untuk tubuh. Walau agak merepotkan tapi manfaatnya tak diragukan.

Aku lebih suka bawa bekal buatan bunda daripada jajan.
                                            Aku lebih suka bawa bekal buatan bunda.

4. Membiasakan mengkonsumsi buah sebagai cemilan sehat
Beberapa teman saya sering mengatakan betapa sulitnya anak-anak mereka mengkonsumsi buah. Sekalipun suka buah hanya buah tertentu saja itupun harus dibuatkan dalam bentuk jus. Entahlah saya juga heran mendengarnya, karena bagi saya banyak faktor yang menyebabkan mereka tak menyukai buah bisa jadi karena faktor keturunan atau bahkan kebiasaan dirumah yang memang tak menyajikan buah. Alhamdulillah anak-anak saya tak ada masalah, bahkan saya yang sering kewalahan membeli buah yang sering kehabisan akibat holic nya anak-anak terhadap berbagai buah-buahan. Akibatnya, mereka sangat jarang sekali sakit apalagi ‘jajan’ ke dokter.

Kita suka ngemil buah loh..enakk!!
                                               Kita suka ngemil buah loh, enakk………..!!

5. Tak perlu ciut uji coba resep sehat
Mengapa saya katakan demikian, karena umumnya ibu-ibu yang suka praktek didapur dan hasilnya mengecewakan biasanya langsung jera untuk mengulanginya lagi dengan dalih malas, double budget dan khawatir hasilnya mengecewakan lagi. Namun tidak dengan saya…!! saya harus mengubur mentah-mentah rasa itu (kecuali memang sedang bad mood). Karena yang saya pikirkan adalah keluarga  tercinta sehingga saya harus selalu berusaha  bangkit untuk tidak bermalas-malasan mempraktekan menu sehat, mulai dari kue kering, kue basah hingga puding. Sayapun mulai coba-coba untuk ikutan lomba kuliner, walau hasilnya terkadang mengecewakan, tetap ludes dihabiskan 3 krucil dan suami tercinta (terlebih jika hasilnya memuaskan), itu lebih tak tergantikan lagi nilainya!

aneka puding buah dan sayur salah satu cemilan fav keluarga juga loh...
                           aneka puding buah dan sayur salah satu cemilan fav keluarga 🙂

6. Menyelipkan sayuran dalam menu makan harian
Saya selalu berusaha untuk menyajikann warna warni alami dari sayuran yang saya olah baik jenis kuah maupun tumis untuk melengkapi menu harian. Biasanya jika jenisnya tumisan, anak-anak saya terbilang masih lahap mengkonsumsinya dengan tangannya bahkan  sampai dijilatinya. Menurut ahli saintis menjilati jari tangan mengandung 10x lipat enzyme didalamnya, jadi tak perlu merasa jijay melakukannya jika terbukti menyehatkan.

agar anak suka sayuran
Selip sayuran disana-sini 😉

7. Bersahabat dengan menu kukusan
Menu dengan sistem mengukus seperti ini selain lebih sehat sebetulnya lebih efisien waktu, tenaga dan biaya. Hanya saja untuk 3A saya, sama seperti jenis kuah, seringnya minta disuapin makan nya terlebih jenis masakannya seperti pepes ikan (khawatir durinya tersangkut barangkali). Berbeda dengan kukusan jenis cemilan seperti singkong, bolu, ubi, kacang dll 3A saya tetap lahap makannya tanpa perlu bantuan tangan saya. 😛

Lets steam it... :)
Lets steam it… 🙂

Lalu bagaimana dengan menu lainnya seperti makanan bersantan, gorengan dan beberapa masakan yang memiliki efek tak bersahabat dibandingkan lainnya. Tak masalah jika konsumsi masih dalam tahap normal, tidak berlebihan, tidak terlalu sering dijumpai dalam menu keseharian. Jadi pintar-pintarnya Bunda sebagai juru masaknya saja ya! 😀

Beberapa kebiasaan baik diatas bermula dari hal terkecil, dari dalam diri lalu diadaptasi oleh buah hati tercinta. Karena anak memang suka meniru apa yang dilihat dan didengarnya. Tak dapat dipungkiri pepatah yang mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sebagai pohon yang ingin menghasilkan buah yang baik, sudah selayaknya sebagai orang tua hanya berikan teladan yang baik-baik  saja agar kelak menjadi generasi penerus bangsa yang prima karena dengan semakin seringnya kebiasaaan baik diterapkan dalam keluarga maka terciptalah cerminan keluarga hebat yang sehat. Mari terapkan kebiasaan baik, kebiasaan sehat, saat ini juga ya Mam!

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *