Karena Hujan Itu Mengasyikan

Siang tadi mendung bergelayut, rasa hatipun sesaat  terhanyut karena begitu merindunya suasana ini. Beberapa  jam kemudian hujanpun turun perlahan dan lama-lama deras, 3 putri kecilkupun berteriak menyambutnya “horeee hujan….! asiiik…hujan-hujanan ya Bund” belum saja saya anggukan kepala, mereka sudah berkejaran berlari keluar halaman, berteriak saling bersahutan dengan ekpresi yang luar biasa merindukan.

karena hujan itu mengasyikan! ;)
karena hujan itu mengasyikan! 😉


Yup…terlihat jelas bahwa 3 putri saya, Alyssa (8th), Aqeela (5th) & Aisha (3th) sangat merindukan kekhasan aroma alam ini. Setelah berbulan-bulan didera panas dengan musim kemaraunya yang sering membuat “galau” orang – orang pada umumnya. Namun tidak demikian  bagi keluarga Kami. Ketika panas melanda, Kami justru bersyukur karena tak perlu menggunakan mesin pengering saat mencuci. Lampu hemat energipun semakin hemat karena dinyalakan saat pagi buta dan malam  hari saja. dan masih banyak hal lain yang tak pantas jika harus saya keluhkan.

Dalam ketertegunan melihat anak-anak saya, terdengar suara tetangga yang memarahi anaknya yang ingin terlibat hujan-hujanan juga “jangan hujanan-hujan, nanti kamu sakit!” sambil menutup pintu dengan kencangnya. Alhasil sianakpun hanya mengintip lewat jendela dengan isaknya. Ah, saya sendiri justru tak tega melihatnya…saya ko merasa hak anak tersebut dirampas oleh pola pikir yang tak seharusnya terjadi. Faktanya semakin anak dilarang, justru si anak semakin penasaran untuk mencoba dilain waktu tanpa sepengetahuan sang ibu (bukankah ini lebih berbahaya?)

Alhamdulillah saya Aprillia (32 th) sejak menikah dengan pria idaman yang sudah menemani saya selama 10 tahun pernikahan (Gunarto : 34 th) merasa tak terlalu banyak melarang anak untuk melakukan ini itu. Kami lebih sering membiarkan anak melakukan hal yang disukainya, jika memang sudah diluar batas barulah saya yang turun mulut kemudian jika dirasa sulit diarahkan sang suamipun turun tangan. Saat-saat seperti itulah biasanya moment kebersamaan terjadi begitu saja, dalam dinginnya air hujan yang meresap pada tubuh ketiga putri saya. Teh hangat menjadi andalan minuman favorit keluarga, sebaliknya jika cuaca panas saya buatkan es teh manis dengan gula rendah kalori istimewa.

Momen kebersamaan kami selalu dirasa  istimewa walau tanpa rencana, mengalir begitu saja setiap harinya terlebih suami bukan orang kantoran yang terpaku pada jam kerja yang ditentukan atasan sehingga momen tersebut  tak pernah terlewatkan entah itu pagi menjelang sarapan, siang saat pulang (jemput)  sekolah, sore sepulang TPA atau bahkan menjelang tidur malam hari  (kondisional).  Kami membiasakan anak-anak untuk bercerita tentang apa yang diinginkannya, apa yang dilihatnya dan apa yang dirasakannya (dengan gaya si bontot yang sering glayutan dipundak sang ayah).  Sembari menatap mata mereka, Kami yakin mereka akan menjadi pribadi yang tangguh yang tak perlu malu mengaku jika keliru dan mau belajar cerdas untuk maju.

 

Add a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *