Nilai Sebuah Jus Alpukat
Hari ini ada kebutuhan yang harus dibeli untuk perlengkapan dapur dan tentunya kepentingan lomba, jadi yang tadinya ga niat jalan-jalan ke mall ya jadinya ngemall lagi. Alhamdulillah lagi puasa, jadi banyak keinginan terutama urusan kuliner yang perlu di rem. Berhubung waktu pendek, dan dirumah masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan jadinya ga lama-lama deh, cukup 1 jam saja di mall selebihnya mampir-mampir toko termasuk pasar tradisonal totally 2 hours. Alhamdullillah Aisha & Aqeela ga ngerepotin amat dibawa kemana saja ready! ^^
Cuman yah namanya anak-anak selalu saja ada mintanya, apalagi kalau sudah melewat deretan snack & permen, untungnya mereka manut saja saat kubisiki “jajannya diwarung saja ya pintar…selain bisa ngecer, iung-itung ngelarisi warung kecil” Kenyataannya di mall manapun selalu saja ramai dengan para shopcaholic, makin berjayalah mereka para tengkulak besar. Hmm…untung anak-anak manut saja saat kubisikkan larangan kecil tadi. Beda lagi saat melewati buah-buahan, sayapun tak menolak jika anak-anak memintanya, karena selain sehat untuk dikonsumsi basiclly kita emang maniak buah, segerrrrrrr!!!! Setelah mengambil beberapa pilihannya, tiba-tiba Aqeela melihat beberapa cup jus alpukat yang baru ditaruh dalam lemari pendingin oleh pelayan, mintalah dia kuanggukan saja karena kebetulan jarang beli buah alpukat bundanya. Karena alpukat paling nikmat hanya di jus saja bagiku,dan blendernya itu yang kewalahan nyucinya hahaha…….dasar nih bunda kalau lagi kumat malesnya :p
Cupnya mayan besar kupikir cukup 1 gelas saja, dan kebetulan Aisha lebih memilih buah lainnya daripada si jus, lumayanlah untuk perjalanan pulang. Tiba-tiba terlintas dibenakku untuk melewati sekolah si KK Alyssa, karena jam 10.30 memang jamnya istirahat, udah lama rasanya tak memberi kejutan untuknya. Minimal cuman setor muka senyum atau sekedar menanyakan kabar saja saya rasa seorang anak akan merasa lebih happy!! karena semua bekal memang sudah dibawanya sejak pagi. Pas sampai disekolah, teman-temannya yang ramai…”Alyssa dijemputttt………..tuuuh” hihihi…senang rasanya bisa melihat senyum diwajah anak pertamaku yang sedang berada didalam kelas menengok lewat jendela sesaat. Kemudian tak berapa lama keluar sembari membawa 3 bungkus makaroni yang dibelinya dikantin. (waduh ga liat belinya tau-tau bawa aja)
Alyssa memberikan masing-masing makaroni untuk adiknya, dan berkata
“Bunda puasa? jadi yang satu lagi untuk aku ya…” hahaha…aku tertawa sambil terharu sebetulnya, karena merasa surprise juga tiba-tiba Alyssa keluar dngan membawa jajanan untuk adik-adiknya, padahal sebelumnya tidak janjian loh. Lebih surprise lagi ketika Aqeela memberikan jus alpukat yang dibawanya “Ini Ka…untuk Kakak saja..”
lalu kujawab ” Loh, Aqeela ga mau? bukannya Aqeela ini yang minta? dicobain aja dulu”
“udahlah, untuk kaka ajaaa” jawabnya
Sikakapun langsung menerima dengan senang hati ” Aqeela inih, ngicipin dulu?” kata si kaka
Termasuk Aishapun akhirnya mengicipinya walau hanya setarikan sedotan saja, hehe…seru juga segelas bertiga!!
Masya Allah begitu sederhana kisah ini, tapi saya sangat bangga terhadap ketulusan mereka untuk berbagi. Keinginan berbagi yang tulus yang tak dipaksakan, tanpa ego, tanpa berebut dan menyentuh diriku sebagai wanita yang melahirkan ketiganya. Alhamdulillah jika memang ini sebagai salah satu tanda/ pupuk kesholehan dari Mu melalui jalanku ya Rabb, semoga senantiasa istiqomah kebaikan-keihklasan ini. Reka adegan 5 menit tersbut akhirnya ku akhiri dengan memberinya kalimat
“Semangat belajar ya Ka…dihabiskan jusnya, sambil duduk…fokus ya belajarnya…I Love U…Assalamualaikum” lalu si kakapun mengangguk sambil berjalan dan tersenyum “Waalaikumsallam”
3 jam berikutnya, si KK pun sudah kembali kerumah dengan senyum riang, setelah salam diapun mengingat kejadian disekolah sembari cerita pada sang ayah (yang memang bagian jemput sekolah) “tadi sih enak loh yah Bunda, Aisha, Aqeela mampir kesekolah trus KK dikasih jus alpukat” dsb dsb…….cerita singkat yang begitu berarti baginya, hingga semua orang terdekat diceritakannya dan terus diulang termasuk menceritakannya padaku tanpa kenal lelah dan penuh semangat (berapi-api). Nilai kebaikan saja sangat direkam oleh seorang anak berusia 7 tahun, bagaimana dengan nilai lainnya. Mulai saat ini selalu belajar menanam kebaikan yuk mom, dari hal terkecil apapun yang kita bisa. Agar kelak sianakpun Insya Allah sll berprilaku baik karena asupan kebaikan-kebaikan yang biasa diterimanya. Anak baik jelas sholeh, dan doa anak sholehlah yang mampu mengantar orang tua ke syurga Nya kelak (semoga anak-anakku termasuk didalamnya, amin YRA).